Assalaamu'alaikum. Selamat Datang di Blog MGMP PKn SMP Kab. Bekasi
Wadah komunikasi, informasi, dan kreativitas profesi guru PKn SMP Kab. Bekasi

Selasa, 04 Oktober 2011

Karakter anak adalah Karakter Turunan.

Kali ini kita akan membahas tentang bagaimana karakter terbentuk secara turun temurun dan terkadang tidak disadari. Apakah bisa? Mungkin? Bisa dan mungkin, dan biasanya ini terbentuk dari Beliave atau kepercayaan/ keyakinan dari orangtua yang diturunkan kepada anak. Dan jika keyakinan yang diturunkan salah, sampai 7 turunan bisa salah jika tidak diperbaiki. Baiklah, simak terus tulisan ini dan dapatkan rahasia pemahaman baru.
Believe atau kepercayaan itu bukan kita berarti membahas persoalan agama atau keyakinan beribadah. yang di maksud adalah suatu pemikiran yang terbentuk karena pengalaman yang berulang-ulang atau pengalaman yang berkesan. Jadi secara sederhananya bisa kita katakan sebagai perasaan “pasti” akan sesuatu hal. contohnya mungkin anda mempunyai perasaan yang pasti tentang kemampuan berhitung  yang baik. jadi anda punya believe atau kepercayaan “wah saya itu pintar kalau berhitung ya”. Itu yang kita maksud dengan believe atau kepercayaan. Atau anda punya pikiran “seperti ah saya ini sering telat, ya”,  Believe saya sering telat ya itu bentuk seperti itu.
Believe bisa sesuatu yang kita inginkan atau yang tidak kita inginkan.Believe yang kita inginkan secara sadar, believe yang terbentuk karena kita mempelajari ajaran-ajaran agama yang kita anut itu memang kita inginkan untuk terbentuk, lalu Believe yang terbentuk dari mempelajari masalah-masalah akademik. Kita memang menginginkan itu agar kita bisa seperti itu,misalkan kita belajar matematika,dan lain sebagainya. Believe yang terbentuk dari latihan-latihan olahraga karena kita menginginkannya,kita bisa memiliki keyakinan yang kuat  untuk kasus  olahraga contoh : “tendangan saya keras, lemparan saya pasti masuk”.
Nah berikutnya adalah Believe yang tidak kita inginkan secara sadar , Tapi toh kita tetap punya believe ini. misalnya Takut terhadap gelap ya , Wah saya kalau di tempat gelap itu saya pasti merinding saya pasti keringat dingin saya pasti gak berani gitu ya.Atau mungkin trauma ketinggian juga wah saya ini tidak bisa naik pesawat itu suatu believe yang kita tidak inginkan secara sadar tapi itu masuk dalam diri kita ya. Berbagai fobia terhadap binatang, kemudian ketakutan-ketakutan terhadap guru ketakutan terhadap pelajaran tertentu ketakutan membuat  tujuan pribadi ya perasaan-perasaan diremehkan atau perasaan bersalah terhadap sesuatu ini adalah believe-believe yang tidak kita inginkan tetapi secara sadar masuk dalam diri kita ya.
Satu hal yang mungkin perlu kita tekankan adalah mengapa believe atau kepercayaan salah yang diajarkan secara turun-temurun ini sesuatu yang sering orang tua lakukan? Karena seringkali ada hal-hal yang sebenarnya kepercayaan ini yang keliru tapi kita sampaikan kepada anak tanpa kita pertanyakan dulu, apakah itu believe yang bagus atau tidak? Nah contohnya “hei nak jangan main hujan nanti masuk angin”, atau “ayo mandinya cepet nanti masuk angin lho ya”, “kalau kamu gak makan kamu pasti sakit lho”, jadi itu adalah believe-believe yang dibawa dari orang tua yang disampaikan kepada anak tapi itu belum tentu pasti bener . tapi kalau diulang-ulang jadi bener juga. Disamping sekarng bukan orangtua lagi yang menanamkan keyakinan yang salah, tetapi media tv, Koran dan media yang lainnya juga peran serta dalam hal ini.
Apa yang menyebakan ini terjadi? Bagaimana believe bisa semudah itu tertanam dan membentuk perilaku kita ? penjelasan ini sangat panjang, kita perlu secara khusus mempelajari mekanisme pikiran manusia, bagaimana kata-kata bisa membentuk karakter manusia. Mudahnya, kalimat yang sering diulang-ulang  bisa tertanam di dalam memori manusia,dan men jadi suatu system keyakinan. Dan karena banyaknya kesalahan dalam memberikan informasi dan kesalahan menanamkan keyakinan  dipicu oleh  ketidaktahuan bagaimana mekanisme pikiran itu bekerja. l Kita tidak pernah belajar khusus pak mengenai mekanisme pikiran manusia . Seingat saya waktu dulu kuliah tidak ada  yang bahas soal mekanisme pikiran dan juga hal Ini diperparah dengan control diri yang kurang baik sehingga kita tidak mau memikirkan ulang dampak dari suatu kalimat atau tindakan terhadap anak kita. jiKalau believe atau kepercayaan yang anda turunkan atau anda ajarkan pada anak itu adalah sesuatu yang  positif. Itu sangat baik sekali ya. Jadi misalkan “nak tahu gak kalau kita ini keturunan orang pintar jadi kamu pasti jadi anak yang pintar dan cerdas”. Tapi kalau believe atau kepercayaan itu begini mungkin “nak hidup ini itu susah kamu harus belajar yang rajin supaya dapat pekerjaan yang bagus”,sering gak denger orang tua nasehatnya gitu.
Saya dulu, sering termasuk orang yang dinasehati seperti itu. Harus belajar rajin supaya dapat pekerjaan yang bagus. Betul?  Orang tua itu lupa berpikir lho apa anaknya itu harus jadi karyawan aja apakah kalau nilainya jelek disekolah apakah dia tidak bisa sukses ya. Kenapa orang tua gak ngomong kamu harus belajar rajin besok kamu bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak sekali. Betul?  Believe lain yang sering menghambati anak ya untuk sukses adalah believe orang tua kadang-kadang seperti ini “nak cari uang itu susah kamu harus kerja nanti kalau sudah kamu harus pintar” maksudnya kalau kamu dapat nilai bagus kamu nanti bisa bekerja diperusahaan yang bagus. Kenapa kok ngak ngomongnya kayak gini,  “nak kamu tahu kamu harus pinter itu kenapa? supaya kamu bisa buat perusaahn bagus. Jadi kamu bisa pekerjakan orang –orang yang pinter”, kenapa koq gak ngomong seperti itu ya? Jadi seperti itulah believe-believe yang kadang orang tua turunkan kepada anak tanpa dipikir ya. Sehingga bisa kita pahami bagaimana karakter kebanyakan orang disekelilingi kita. bagaimana juga karakter bangsa ini?
Jadi untuk menghindari kesalahan ini adalah anda sebagai orang tua anda coba analisa kebiasaan anda dalam mengomentari sesuatu ya. Jadi anda melihat ada suatu kejadian dan anda mengomentari dan anda coba pikirkan apakah bener sudah kata-kata anda itu. Dan anda mungkin juga bisa berpikir apa dampaknya dari perkataan saya ini pada anak saya. Pertimbangkan dampak sugesti yang terkandung dalam setiap perkataan yang sering kita ulangi .

Kang Dadan tea....

1 komentar:

  1. karakter tidak didasarkan pada turun temurun, tetapi karakter didasarkan kebiasaan yang dilakukan berulang di dalamnya ada proses habituasi. seorang anak yang berkarakter baik tidak ditentukan dari orang tuanya yang baik, tetapi karena anak tersebut dibiasakan berbuat baik sehari-harinya.makanya cocokteori tabularasa dari John Locke,bahwa anak itu terlahir seperti kertas putih yang bersih, sangat bergantung orang tua dan lingkungannya mencoretkan di kertas itu. bila yang dicoretkan itu adalah hal-hal yang baik maka ibaratnya anak yang lahir itu akan menjadi baik, demikian sebakiknya.

    BalasHapus